Sudah pernah kah sobat tani mengkonsumsi produk burung puyuh, baik daging burung puyuh, telur puyuh ataupun produk olahannya? Jika ya, apakah telur puyuh menjadi jawaban sobat tani? Dibandingkan produk lainnya, telur puyuh memang menjadi primadona. Namun, anggapan tingginya kadar kolesterol pada produk burung puyuh menyebabkan masyarakat enggan untuk mengkonsumsinya.
Slamet Wuryadi, Duta Milenial Pembanguan Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan, “Kolesterol yang dikandung dalam ternak puyuh adalah kolesterol yang baik untuk kesehatan.” Pernyataan Slamet diperkuat dengan hasil uji dari berbagai laboratorium baik Pemerintah, Swasta, dan juga Perguruan Tinggi. Kandungan gizi telur puyuh tidak kalah dibandingkan dengan telur ayam. Satu butir telur puyuh mengandung protein 13 gram, karbohidrat 1,1 gram, besi 3,66 miligram (mg), kalsium 64 gram, riboflavin 0,478 mg, energi 170 kkal, dan asam phantothenat 1,438 mg.
Berat telur yang berkisar 12 sampai 14 gram, sobat tani sudah mendapat asupan gizi yang cukup hanya dengan mengkonsumsi telur puyuh. Menariknya, burung puyuh dapat menghasilkan telur hanya dengan memperoleh kebutuhan pakan yang cukup. Usia 30 sampai 45 hari, puyuh betina sudah mulai dapat bertelur. Sehingga perputaran modal dari budi daya ternak ini pun cepat.
Selain itu, dalam pemeliharaan burung puyuh tidak membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas, cukup siapkan satu meter persegi (1 m2) untuk menampung 60 ekor puyuh yang berusia diatas 10 hari. Setelah 1,5 tahun, puyuh betina yang sudah tidak produktif dapat dikonsumsi dagingnya sebagai puyuh pedaging. Tidak ada ruginya jika sobat tani berkeinginan untuk mendongkrak populasi burung puyuh, bahkan popularitasnya.
Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) berkomitmen untuk turut mempopulerkan burung puyuh hungga mampu menembus pasar ekspor. Direktur Jenderal PKH kala itu, I Ketut Diarmita menyabutkan bahwa Pemerintah siap memfasilitasi pengembangan peternakan burung puyuh di Indonesia. Termasuk kebijakan dalam implementasi biosekuritas peternakan.
Salah satu syarat ternak puyuh menembus pasar internasional dengan mengantongi sertifikasi bebas kompartemen avian influenza. Jika rencana tersebut terlaksana, tidak hanya popularitas burung puyuh yang meningkat namun Program Unggulan Kementan Gerakan Ekspor Tiga Kali (Gratieks) pun tercapai. Gratieks digadang memberikan kontribusi positif untuk ekonomi nasional, dan kesejahteraan petani dalam 5 tahun ke depan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam setiap kesempatan selalu optimis dalam mengembangkan Pembangunan Pertanian. Gratieks, Kostratani, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi 3 program utama Kementan. Menteri SYL berpesan pada seluruh petani, pegawai Kementan dan Seluruh Stakeholder Sektor Pertanian meski ditengah pandemi covid-19 PDB Pertanian tumbuh 16,24% pada triwulan II 2020 (q to q).
Nilai PDB yang diperoleh juga perlu dipertahankan dengan Penguatan Program Kostratani. “Penguatan Organisasi Pertanian hingga level kecamatan,” Sebut Mentri SYL. Lebih lanjut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanain (BPPSDMP) Kementan menyebutkan Kostratani bertujuan membangun ekosistem pertanian modern berbasis sains dan TIK melalui pemberdayaan penyuluh. Kostratani dibuat untuk mengoptimalkan tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam menggerakkan pembangunan pertanian di tingkat kecamatan.
Dalam pelaksanaannya, Polbangtan Manokwari yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang Pendidikan dibawah naungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (BPPSDMP Kementan) mendampingi 15 BPP yang tersebar di Papua Barat. Polbangtan Manokwari juga berperan dalam mendukung penumbuhan pertanian pengusaha milenial. Pelatihan IT, penginputan data, demonstrasis plot, dan keterlibatan mahasiswa dalam pendampingan petani, dikolaborasikan dengan baik antara pihak BPP dengan Polbangtan Manokwari.
Para calon petani pengusaha milenial yang mengenyam pendidikan di Polbangtan Manokwari sudah tidak canggung mana kala mendampingi peternak dikarenakan telah ditempa dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Baik dari Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan, hingga Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan.
Lahan praktik yang berlokasi di Anday, Manokwari, Papua Barat, para calon petani milenial mampu melakukan budi daya mulai dari padi, jagung, ubi, kakao, kopi, ayam pedaging, ayam petelur, babi, sapi, hingga sapi. Sedangkan di lahan praktik yang berlokasi di Kampus I Reremi, para mahasiswa dengan terampil mengubah lahan tidur menjadi kebun sayur yang cantik dipandang mata. Terdapat pula kawasan hidroponik yang tertata rapi. Sedangkan untuk bidang peternakan terdapat lahan percontohan budi daya rumput, ternak sapi, ayam kampung, dan ternak puyuh.
Sebelum kampus ini berganti nama menjadi Polbangtan Manokwari, masih dalam level Sekolah Pertanian Menegah Atas (SPMA), populasi ternak puyuh cukup banyak, hingga ribuan ekor. Kini, sudah saatnya mengembalikan popularitas ternak puyuh yang pernah ada. Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, drh. Purwanta, M.Kes menilai peluang usaha ternak puyuh di Manokwari, Papua Barat masih terbuka. “Khususnya bagi calon petani pengusaha milenial yang ingin cepat mendapatkan hasil, perputaran modal dalam usaha puyuh ini cepat,” rincinya. Dukungan pun datang dari Pemilik CV. Slamet Quail Farm, Sukabumi yang menyatakan, “Saya bercita-cita mengembangkan puyuh di Papua, karena permintaan ekspor yang sangat tinggi.”
Slamet merencanakan pengembangan puyuh di Papua untuk memenuhi kebutuhan Timur Leste. Iklim yang ada di Papua secara umum hampir mirip dengan yang ada di Timur Leste, meski di Timur Leste kondisinya lebih panas. Semangat Purwanta, Semangat Slamet, Semangat Para Petani Pengusaha Milenial, dan Semangat Seluruh Petinggi Kementan dengan berbagai program yang dijalankan diharapkan mampu mendongkrak populatas burung puyuh.
Nurtania Sudarmi, S.Pt., M.P (Tenaga Pengajar Polbangtan Manokwari)