19 Juni 2020, Manokwari – Wabah Covid-19 yang melumpuhkan berbagai sektor, tidak menyurukan petani Papua Barat untuk tetap menanam, khususnya peremajaan kelapa sawit. Dominggus menyampaikan bahwa Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) siap mendukung perkembangan sawit di Papua Barat hingga mampu ekspor.
Sambil mempersiapkan volume produksi hingga mampu menembus pasar internasional, sejumlah program telah disiapkan, diantaranya membuat pabrik CPO mini, pembuatan pabrik pakan mini dari hasil penanaman jagung, serta penguatan sertifikat lahan kepada petani.
Sebanyak 680 sertifikat tanah diberikan oleh Gubernur Papua Barat Kepada Petani Program Restibusi Tanah Obeyek Landreform pada Rabu (17/6). Bertempat di lokasi pembibitan kelapa sawit Program PSR Koperasi Produsen Sawit Arfak Sejahtera, Dominggus berpesan kepada seluruh undangan, “Kita semua baku bantu, dukung supaya program bisa jalan untuk meningkatkan Ketahanan Pangan Papua Barat.”
Peringatan dari Food and Agriculture Organization (FAO) tentang adanya krisis pangan global membuat Kementerian Pertanian mengeluarkan berbagai strategi. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyatakan, “Kita harus gencar menanam, setalah panen tanam lagi.”
Lebih lanjut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyerukan untuk tanam, tanam, dan tanam meskipun esok hari kiamat. Salah satu pangan strategis yang menjadi unggulan yakni jagung.
Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, jagung juga menjadi kebutuhan utama sektor peternakan khusunya pakan unggas. Papua Barat menjadi salah satu wilayah potensial untuk meningkatkan produksi jagung, mengingat luasan lahan yang memadai.
Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacai menyampaikan, “Pengelolaan perkebunan di Manokwari akan diambil alih oleh Pemerintah Provinsi. Semua Organisasi Perangkat Daerah terkait kita tindak lanjuti.”
Luasan lahan perkebunan yang mencapai 10.000 hektare dari Distrik Warmare hingga Distik Sidey, Manokwari memberi peluang untuk diterapkannya sistem tumpang sari sawit – jagung untuk meningkatkan ketahan pangan Papua Barat dan produktifitas lahan.
Dewan Penasehat Wilayah (DPW) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Papua Barat, Dorteus Paiki menyebutkan, “Program Peremajaan Sawit Rakyat sudah berjalan sejak Tahun 2019 dengan luasan 344 hektare. PSR dibagi menjadi 2 wilayah, timur dan barat masing-masing seluas 172 hektar.”
Bibit kelapa sawit yang digunakan untuk PSR dengan jenis DXP persilangan Dura dengan Pasifera. Di daerah asalnya, Medan, bibit jenis ini sudah menghasilkan pada usia 27 bulan. “Semoga juga demikian dengan di Manokwari,” harap Paiki. Apa yang diharapkan Paiki menjadi catatan penting bagi Gubernur Papua Barat.