Generasi milenial memiliki tanggung jawab yang besar dalam beberapa tahun kedepan atas arah yang diambil negara ini agar lebih maju, modern, sejahtera dan tentunya terkemuka dimata dunia. Mimpi tersebut akan terealisasi jika generasi milenial dapat mengambil peran salah satunya disektor pertanian .
Indonesia adalah negara kaya raya, untuk itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menganggap kaum muda sebagai benteng pembangunan pertanian. Untuk menjaga agar pertanian bisa terus tumbuh, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan hadirnya generasi milenial untuk menggarap sektor ini.
“Generasi milenial memiliki ciri berpikir strategis, inspiratif, inovatif, energik, antusias, dan fasih mengadopsi teknologi digital dalam beragam aspek sehingga diprediksi menjadi pembawa pembaruan dalam pembangunan pertanian,”Kata Syl
Kepala Badan penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyampaikan bahwa saat ini sudah banyak generasi milenial yang menjadi pelopor disektor pertanian.
“Kita membutuhkan generasi milenial sebagai masa depan pertanian. kita harus mampu mencetak dan menumbuhkan sebanyak 2,5 juta Petani Milenial dengan target hingga tahun 2024, yang menjadi tonggak pembangunan pertanian,” tegas Dedi.
Oleh karena itu kementan menjaring petani milenial dalam Program Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) untuk bergerak bersama-sama dalam pembangunan pertanian.
Hal tersebut diwujudkan oleh Edo Harianto, seorang DPM asal kabupaten Sorong yang bergerak pada pengolahan hasil pertanian dibidang peternakan yaitu pengolahan pentolan bakso daging sapi.
Selain bergerak pada bidang usaha, Edo aktif mengajak para kaum muda disekitarnya untuk ikut terlibat pada pembangunan ekonomi Indonesia melalui bidang pertanian. “jadi saya selalu memberikan dorongan dan bimbingan kepada anak muda untuk mencintai pertanian” kata Edo.
“hal tersebut saya lakukan agar mereka tidak patah semangat, sebab regenerasi pertanian harus terus berlanjut. Siapa lagi kalau bukan kita pemuda ini yang akan bergerak kedepan,” tambahnya.
Sejauh ini Edo telah berhasil menjaring beberapa kaum milenial untuk bergerak bersama-sama pada usaha pembuatan pentolan daging sapi.
Jadi distribusi pentolan bakso dibuat dalam kemasan kemudian di Freezer untuk dipasarkan di toko-toko dan warung makan serta masyarakat secara langsung, membutuhkan sebanyak 500 kg perbulan daging sapi untuk memenuhi permintaan pasar.
Meski usaha yang dijalankan merupakan turunan dari orang tua, tetapi Edo semangat menjalankan dengan niat untuk mengembangkan usaha tersebut dengan berfokus pada sistem pemasaran yang luas.
Semangat milenial yang dimiliki menjadikan usahanya sekarang sudah berkembang dengan sistem pemasaran sudah menjangkau banyak wilayah di Papua Barat. Selain menjalankan usaha, Edo juga sudah berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi petani milenial disekitarnya