Jumlah petani menjadi salah satu penopang kemajuan sektor pertanian. Semakin banyak petani maka sektor pertanian akan semakin menggeliat. Oleh karena itu Kementerian Pertanian mendorong minat generasi muda untuk dapat berkecimpung dalam dunia pertanian.
Membangun minat dan perilaku Milenial untuk terjun langsung di sektor pertanian merupakan salah satu langkah kongkrit dalam memastikan regenerasi sumber daya manusia (SDM) pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) begitu yakin bahwa generasi Milenial adalah harapan baru pertanian Indonesia.
“Besok, Eramu tidak boleh kalah dengan anak-anak Eropa, tidak boleh kalah dengan anak-anak Amerika untuk membuat pertanian yang maju karena tidak ada lagi sekat dimata sain, riset dan teknologi,” pesan SYL kepada generasi milenial
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menuturkan bahwa pertanian harus didukung kalangan milenial sebagai generasi muda.
“Untuk mencapai produktivitas pertanian yang tinggi, hal utama yang paling utama yaitu tersedianya SDM Pertanian yang unggul, andal, profesional, dan mandiri serta berjiwa enterprenur tinggi,” tegas Dedi.
Mewujudkan hal tersebut, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari kembali melakukan pelatihan petani Milenial. Pelatihan yang berlebel Bimbingan Teknis (Bimtek) akan berlangsung di 4 kabupaten di Papua dan Papua Barat diantaranya Manokwari, Sorong, Jayapura dan Merauke.
Bimtek yang dilakukan bertujuan untuk melakukan resonansi terhadap petani Milenial untuk bergerak bersama membangun negeri melalui pertanian.
Di Kabupaten Manokwari Bimtek telah berlangsung di kampung kwau, distrik Manokwari, Papua Barat. Memiliki letak geografis dengan ketinggian 1250 MDPL sehingga dianggap cocok untuk tanaman perkebunan. Oleh karena itu, dengan pemetaan yang telah di tentukan bersama pemerintah daerah, kampung kwau memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kopi.
generasi milenial didorong untuk menggali potensi didaerah yang bersuhu dingin tersebut melalui budidaya tanaman kopi. Dengan begitu komoditas kopi bisa menjadi penghasilan utama bagi masyarakat Kampung Kwau.
Latarus Fangohoi sebagai Koordinator Bimtek Petani Milenial Papua dan Papua Barat menyampaikan bahwa, sebelumnya pemerintah daerah telah memberikan bantuan berupa bibit kopi namun belum memberitahu tentang teknis cara menghasilkan biji kopi yang tempat untuk dijadikan sebagai bibit.
“Karena bibit yang di peroleh dari kopi yang telah tumbuh di daerah ini tidak perlu lagi melakukan proses adaptasi,” jelasnya di hadapan peserta Bimtek.
“Karena daerah kampung Kwau adalah daerah dataran tinggi sehingga kami memperkenalkan jenis kopi arabica. Kopi dengan aroma yang tajam menjadi salah satu primadona dikalangan pencinta kopi,” tambahnya
Kedatangan pihak Polbangtan Manokwari, didampingi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) distik Warmare dan Koordinator wilayah Duta Petani Milenial (DPM).
Menurut Latarus dengan potensi alam yang dimiliki, masyarakat kampung kwau dapat menambah penghasilan dan memenuhi kebutuhan rumah tangga atau bahkan nantinya bisa melakukan ekspor kopi khas kampung Kwau sendiri.
“Kami akan mendampingi para petani yang ada di Kampung Kwau hingga nanti mereka benar-benar bisa mandiri. Mulai dari pembibitan hingga pasca panen dan pemasaran. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat Papua dan Papua Barat,” ungkap Latarus