20 Februari 2020 — Manokwari — Perhatian Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) akan tumbuhnya petani milenial tercermin dari program yang telah dirancangnya. Gaungan Menteri SYL pun sampai hingga ke ujung timur Indonesia. Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Kamis, 20/02.
Direktur Polbangtan Manokwari, drh. Purwanta, M.Kes bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Jean H. Rollo, S.P., M.M. melakukan penandatangan MOU bidang Program Pendampingan Perbatasan. Selepas penandatanganan, Purwanta berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan.
Dalam sambutannya, Direktur Polbangtan Manokwari mengulas regenerasi petani. “Regenerasi pertanian, tidak hanya petaninya tetapi juga regulasi dan aparatur bidang pertanian,” ujarnya. Sasaran pembangunan pertanian sebagaimana yang disebutkan Menteri SYL adalah dapat menyediakan pangan di seluruh Indonesia, menjadi “PR” ke depan bahwa Indonesia masih berada di zona merah. Harapannya, ke depan dapat menjadi kuning bahkan hijau.
Tujuan utama pengembangan pertanian di era Menteri SYL diawali dari ketersediaan pangan, pelaku utama pertanian yakni petani mampu sejahtera, hingga ekspor yang menunjang kesejahteraan. Program Aksi BPPSDMP Kementan “Kostratani” menjadi salah satu program sinkronisi data petani di seluruh lini. Sekitar tujuh kostrada yang akan dikembangkan di Papua Barat. Tak berhenti sampai di sana, ke depan BPPSDMP juga akan mencetak 50 ribu petani milienial per-tahun. Polbangtan Manokwari di bidang pendidikan diberi tugas menumbuhkan minat generasi muda untuk bertani menjadi pengusaha milenial berbasis ekspor.
Lebih Lanjut Kadis Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura memaparkan Rencana Pengembangan Pertanian Perbatasan. “Kami memiliki 49 ribu hektar lahan, 21 ribu hektar untuk pertanian dalam sektor luas, dengan kontur tanah yang berbeda sehingga perlu dilakukan penyesuaian komoditas,” sebut Jaen. Saat ini baru 11 ribu ha yang dikembangkan, namun terkendala dengan alih fungsi lahan. Hal yang ditakuti kedepannya, Jayapura tidak lagi memiliki lahan yang produktif dan ketergantungan pangan dengan wilayah lain.
Padi jagung kedelai, 3 komoditi unggul nasional, padi dan jagung yang berkembang baik di Jayapura. Bahkan, di waktu-waktu tertentu produksi jagung berlimpah. Kedepannya, olahan pasca panen sedang diteliti dengan baik untuk menghasilkan keuntungan bagi petani. Demikian pula dengan padi, komuditas unggul nasional mulai disebar ke petani. Tak lupa umbi-umbian yang menjadi tanaman kearifan lokal dipertahankan, yang saat ini sedang menghilang dari peredaran. Tahun 2021, istana sagu akan dibangun. Mulai dari pembibitan, budi daya, panen, hingga produk olahan. Sektor peternakan, peternak sapi potong sudah mulai menerima sentuhan teknologi. Inseminasi Buatan sudah menjadi hal biasa peternak di sana. “Kalau petani senyum, bahagianya saya,” ujar Kadis.
Rangkaian kegiatan yang berlangsung di Swiss-BelHotel, Manokwari tersebut dilanjutkan dengan Koordinasi bantuan peralatan praktik siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) di Papua dan Papua Barat serta Workshop perencanaan perkuliahan Polbangtan Manokwari. Seluruh kegiatan yang ada diharapkan mampu mendukung proses belajar mengajar sehingga meningkatkan kualitas petani milienial yang maju, mandiri, modern. (269)